Bima Sang Pejuang Sejati
Ketika lahir, ia
terbungkus. Segala senjata pusaka tak dapat memecahkannya. Atas petunjuk
penasehat Negara, maka bungkus itu dibawa ke tengah hutan Tegrakan dan
tergeletak disana selama bertahun-tahun. Anehnya, tak ada binatang buas yang
mengganggu barang aneh tersebut, mendekatipun tak ada yang berani. Berbagai upaya
telah dilakukan namun tidak berhasil hingga mengundang keprihatinan Sang Ayah
dan ibundanya. Bahkan Kurawa yang dipimpin Si Licik dan Si Penghasut Sejati,
Sengkuni, yang berniat menghabisi nyawa bungkus yang diramalkan bakal menjadi
penghambat kelak, gatot alias gagal total setelah menghunjamkan segala senjata
ke nyawa dalam bungkus itu dengan harapan nyawa didalamnya oncat dari jasatnya.
Namun atas kehendak Yang Maha Kuasa, dia dapat keluar dari bungkusnya karena
dibelah dengan gading seekor gajah yang bernama Sena, yang akhirnya menjanma
kepadanya. Selanjutnya ia diberi nama Sena.
Dan memang menjadi tak lumrah ! Betapa tidak, ketika muncul ke dunia sebagai manusia sebenar-benarnya, dia telah beranjak dewasa. Dan juga telah memiliki kakak dan adik yang juga telah dewasa.
Dalam lakon Bale Sigala-gala, ia mendapat petunjuk dari Dewa, untuk menyelamatkan ibu dan saudara-saudaranya dengan mengikuti Garanganseta, musang putih malihan Raden Sanjaya putera dari Sang Widura (dalam versi lain Widura sendiri yang berubah wujud, ada juga yang mengatakan samaran Dewa Ular. Yang jelas bukan penjelmaan dari Tukul Arwana ataupun Soimah he he he). Setelah Garanganseta hilang ia sudah sampai di Kahyangan Saptapratala, kemudian ia kawin dengan Dewi Nagagini, putri dari Raja dan Dewa di Saptapratala, dan kemudian berputra Aria Anantaraja.
Selanjutnya dalam perjalanan keluar masuk hutan untuk menjauhi Astina, sampailah disebuah negri yang bernama Ekacakra. Pandawa dan ibunda Kunti menginap disalah satu rumah warga dan menyaksikan kegalauan warga yang menunggu saat esok hari untuk menyerahkan salah satu anggota keluarga menjadi santapan sang raja. Ternyata Raja Ekacakra adalah seorang kanibal ! Kemudian Raja raksasa Ekacakra, Raja Baka pun akhirnya tewas ditangan Sang Werkudara, yang berakibat kemerdekaan bagi rakyatnya akan kesewenang-wenangan pemerintahannya, menghilangkan ketakutan menjadi persembahan sang raja yang doyan daging manusia ! (lakon Bima bumbu)
Dalam lakon Jagal Bilawa ini dapat membunuh jagoan Sang Kenca dan Kencaka bernama Rajamala. Juga Sang Kenca dan Kencaka beserta tentaranya yang akan merebut kekuasaan Kerajaan Prabu Matswapati lebur punah oleh Sang Sena. Sebagai tanda terima kasih, para Pandawa mendapat hadiah hutan Endraprasta (Babad Wanamarta).
Dalam lakon Kangsa Adu Jago, ia pernah dipinjam oleh Prabu Basudewa, diadu lawan jagonya Kangsa yang bernama Suratimantra.
Lakon Pandawa Timbang, ia mempunyai kesaktian dimana beratnya melebihi Kurawa yang seratus orang itu.
Dalam ceritera Perlombaan Membuat Sungai Serayu antara Pandawa dengan Kurawa, ia memperoleh kemenangan. Dan kemudian ia kawin dengan Dewi Urangayu putri Resi Ganggamina, sehingga berputera Aria Anantasena.
Serta banyak lagi kisah heroik Sang Bima yang membesarkan namanya.
Siapakah dasanama Sang Pahlawan ini ?
Menurut Hatmasaputra (1967) dalam bukunya yang berjudul “Caking Pakeliran Wayang Purwa‟ dijelaskan arti nama Werkudara.
Sena, artinya dahsyat, maksudnya seorang yang segala-galanya serba mendahsyatkan.
Dwijasena, artinya Dwija = Brahmana yang memberi pelajaran ilmu lahir dan batin, maksudnya ia adalah guru yang tak ada bandingannya.
Bilawa, artinya besar dan tinggi (luhur). Nama ini dipakai pada waktu menyamar di negeri Wirata.
Bharatasena, artinya keturunan Bharata yang amat dahsyat tiada taranya di dalam segala hal.
Bima, artinya gagah perkasa. Memang ia adalah gagah perkasa.
Werkudara, artinya werka = anjing hutan dan udara = perut. Maksudnya perutnya sangat kuat seperti perut anjing hutan.
Kowara, artinya termashur, memang namanya sangat mashur.
Nagata, artinya nyata. Ia berpendirian kepada kebenaran dan kenyataan serta sangat bersahaja.
Kusumadilaga, artinya kusuma = bunga bangsa (ksatria), di = lebih/baik, laga = perang. Maksudnya ksatriya yang ahli tentang peperangan.
Bayusuta, artinya bayu = kekuatan suta = anak, maksudnya ia terbilang putera Bayu. (Dalam pedalangan dikenal istilah Kadang Bayu, Saudara Bayu, yaitu Begawan Maenaka, Yaksendra, Jajagwreka, Nagabasuki, Garuda Mahambira, Anoman)
Kusumayuda, artinya yuda = perang, maksudnya bintang medan perang.
Birawa, artinya Besar dan menakutkan.
Gandawastratmaja, Gandawastra adalah sebutan Sang Pandudewanata, atmaja = anak, maksudnya putera Pandu.
Dandun, artinya teguh atau bertanggung jawab, Maksudnya teguh hati dan konsekwen.
Wayuninda, artinya Wayu (Bayu) = kekuatan, ninda = angin, maksudnya mempunyai prebawa angin (tanda bayu).
Jayadilaga, artinya jaya = unggul, di = amat/lebih/baik, laga = perang, maksudnya dipeperangan selalu mendapat kemenangan.
Wijayasena, artinya wija = wijang/pilah/pilihan/dibawah/terpendam; Sena = dahsyat, maksudnya ksatria yang pendiriannya mendahsyatkan.
Itulah Werkudara ! Perang, pertempuran, perkelahian seakan menjadi default kehidupannya. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang dibanding dengan kakaknya Yudistira serta adik-adiknya Arjuna, Nakula dan Sadewa, seakan sebagai perlambang bahwa dirinyalah yang menjadi pengayom saudara-saudaranya itu. Dan pada kenyataannya, Sang Bima memang selalu berada terdepan menjadi pelindung yang tak kenal rasa takut dan kata menyerah untuk melindungi Pandawa dan memperjuangkan visi dan misi gapai hidup sejati.
Dan memang menjadi tak lumrah ! Betapa tidak, ketika muncul ke dunia sebagai manusia sebenar-benarnya, dia telah beranjak dewasa. Dan juga telah memiliki kakak dan adik yang juga telah dewasa.
Dalam lakon Bale Sigala-gala, ia mendapat petunjuk dari Dewa, untuk menyelamatkan ibu dan saudara-saudaranya dengan mengikuti Garanganseta, musang putih malihan Raden Sanjaya putera dari Sang Widura (dalam versi lain Widura sendiri yang berubah wujud, ada juga yang mengatakan samaran Dewa Ular. Yang jelas bukan penjelmaan dari Tukul Arwana ataupun Soimah he he he). Setelah Garanganseta hilang ia sudah sampai di Kahyangan Saptapratala, kemudian ia kawin dengan Dewi Nagagini, putri dari Raja dan Dewa di Saptapratala, dan kemudian berputra Aria Anantaraja.
Selanjutnya dalam perjalanan keluar masuk hutan untuk menjauhi Astina, sampailah disebuah negri yang bernama Ekacakra. Pandawa dan ibunda Kunti menginap disalah satu rumah warga dan menyaksikan kegalauan warga yang menunggu saat esok hari untuk menyerahkan salah satu anggota keluarga menjadi santapan sang raja. Ternyata Raja Ekacakra adalah seorang kanibal ! Kemudian Raja raksasa Ekacakra, Raja Baka pun akhirnya tewas ditangan Sang Werkudara, yang berakibat kemerdekaan bagi rakyatnya akan kesewenang-wenangan pemerintahannya, menghilangkan ketakutan menjadi persembahan sang raja yang doyan daging manusia ! (lakon Bima bumbu)
Dalam lakon Jagal Bilawa ini dapat membunuh jagoan Sang Kenca dan Kencaka bernama Rajamala. Juga Sang Kenca dan Kencaka beserta tentaranya yang akan merebut kekuasaan Kerajaan Prabu Matswapati lebur punah oleh Sang Sena. Sebagai tanda terima kasih, para Pandawa mendapat hadiah hutan Endraprasta (Babad Wanamarta).
Dalam lakon Kangsa Adu Jago, ia pernah dipinjam oleh Prabu Basudewa, diadu lawan jagonya Kangsa yang bernama Suratimantra.
Lakon Pandawa Timbang, ia mempunyai kesaktian dimana beratnya melebihi Kurawa yang seratus orang itu.
Dalam ceritera Perlombaan Membuat Sungai Serayu antara Pandawa dengan Kurawa, ia memperoleh kemenangan. Dan kemudian ia kawin dengan Dewi Urangayu putri Resi Ganggamina, sehingga berputera Aria Anantasena.
Serta banyak lagi kisah heroik Sang Bima yang membesarkan namanya.
Siapakah dasanama Sang Pahlawan ini ?
Menurut Hatmasaputra (1967) dalam bukunya yang berjudul “Caking Pakeliran Wayang Purwa‟ dijelaskan arti nama Werkudara.
Sena, artinya dahsyat, maksudnya seorang yang segala-galanya serba mendahsyatkan.
Dwijasena, artinya Dwija = Brahmana yang memberi pelajaran ilmu lahir dan batin, maksudnya ia adalah guru yang tak ada bandingannya.
Bilawa, artinya besar dan tinggi (luhur). Nama ini dipakai pada waktu menyamar di negeri Wirata.
Bharatasena, artinya keturunan Bharata yang amat dahsyat tiada taranya di dalam segala hal.
Bima, artinya gagah perkasa. Memang ia adalah gagah perkasa.
Werkudara, artinya werka = anjing hutan dan udara = perut. Maksudnya perutnya sangat kuat seperti perut anjing hutan.
Kowara, artinya termashur, memang namanya sangat mashur.
Nagata, artinya nyata. Ia berpendirian kepada kebenaran dan kenyataan serta sangat bersahaja.
Kusumadilaga, artinya kusuma = bunga bangsa (ksatria), di = lebih/baik, laga = perang. Maksudnya ksatriya yang ahli tentang peperangan.
Bayusuta, artinya bayu = kekuatan suta = anak, maksudnya ia terbilang putera Bayu. (Dalam pedalangan dikenal istilah Kadang Bayu, Saudara Bayu, yaitu Begawan Maenaka, Yaksendra, Jajagwreka, Nagabasuki, Garuda Mahambira, Anoman)
Kusumayuda, artinya yuda = perang, maksudnya bintang medan perang.
Birawa, artinya Besar dan menakutkan.
Gandawastratmaja, Gandawastra adalah sebutan Sang Pandudewanata, atmaja = anak, maksudnya putera Pandu.
Dandun, artinya teguh atau bertanggung jawab, Maksudnya teguh hati dan konsekwen.
Wayuninda, artinya Wayu (Bayu) = kekuatan, ninda = angin, maksudnya mempunyai prebawa angin (tanda bayu).
Jayadilaga, artinya jaya = unggul, di = amat/lebih/baik, laga = perang, maksudnya dipeperangan selalu mendapat kemenangan.
Wijayasena, artinya wija = wijang/pilah/pilihan/dibawah/terpendam; Sena = dahsyat, maksudnya ksatria yang pendiriannya mendahsyatkan.
Itulah Werkudara ! Perang, pertempuran, perkelahian seakan menjadi default kehidupannya. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang dibanding dengan kakaknya Yudistira serta adik-adiknya Arjuna, Nakula dan Sadewa, seakan sebagai perlambang bahwa dirinyalah yang menjadi pengayom saudara-saudaranya itu. Dan pada kenyataannya, Sang Bima memang selalu berada terdepan menjadi pelindung yang tak kenal rasa takut dan kata menyerah untuk melindungi Pandawa dan memperjuangkan visi dan misi gapai hidup sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar